Syarat-Syarat Pemeriksaan
Pasangan infertil merupakan satu kesatuan biologis sehingga keduanya sebaiknya dilakukan pemeriksaan. Adapun syarat-syarat sebelum dilakukan pemeriksaan adalah:
Pasangan infertil merupakan satu kesatuan biologis sehingga keduanya sebaiknya dilakukan pemeriksaan. Adapun syarat-syarat sebelum dilakukan pemeriksaan adalah:
- Istri dengan usia 20-30 tahun baru diperiksa setelah berusaha mendapatkan anak selama 12 bulan.
- Istri dengan usia 31-35 tahun dapat langsung diperiksa ketika pertama kali datang.
- Istri pasangan infertil dengan usia 36-40 tahun dilakukan pemeriksaan bila belum mendapat anak dari perkawinan ini.
- Pemeriksaan infertil tidak dilakukan pada pasangan yang mengidap penyakit.
Pertama kali yang
dilakukan dalam pemeriksaan adalah dengan mencari penyebabnya.
Adapun langkah
pemeriksaan
infertilitas
adalah sebagai berikut :
Pemeriksaan
Umum
- Anamnesa, terdiri dari pengumpulan data dari pasangan suami istri secara umum dan khusus.
Anamnesa
umum
Berapa lama menikah, umur suami istri, frekuensi hubungan seksual, tingkat kepuasan seks, penyakit yang pernah diderita, teknik hubungan seks, riwayat perkawinan yang dulu, apakah dari perkawinan dulu mempunyai anak, umur anak terkecil dari perkawinan tersebut.
Berapa lama menikah, umur suami istri, frekuensi hubungan seksual, tingkat kepuasan seks, penyakit yang pernah diderita, teknik hubungan seks, riwayat perkawinan yang dulu, apakah dari perkawinan dulu mempunyai anak, umur anak terkecil dari perkawinan tersebut.
Anamnesa
khusus
Istri : Usia saat menarche, apakah haid teratur, berapa lama terjadi perdarahan/ haid, apakah pada saat haid terjadi gumpalan darah dan rasa nyeri, adakah keputihan abnormal, apakah pernah terjadi kontak bleeding, riwayat alat reproduksi (riwayat operasi, kontrasepsi, abortus, infeksi genitalia).
Istri : Usia saat menarche, apakah haid teratur, berapa lama terjadi perdarahan/ haid, apakah pada saat haid terjadi gumpalan darah dan rasa nyeri, adakah keputihan abnormal, apakah pernah terjadi kontak bleeding, riwayat alat reproduksi (riwayat operasi, kontrasepsi, abortus, infeksi genitalia).
Suami : Bagaimanakah
tingkat ereksi,
apakah pernah mengalami penyakit hubungan
seksual, apakah pernah sakit mump (parotitis epidemika) sewaktu kecil.
- Pemeriksaan fisik umum, pemeriksaan fisik umum meliputi tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu dan pernafasan).
- Pemeriksaan laboratorium dasar, pemeriksaan laboratorium dasar secara rutin meliputi darah lengkap, urin lengkap, fungsi hepar dan ginjal serta gula darah.
- Pemeriksaan penunjang, pemeriksaan penunjang disini bias pemeriksaan roentgen ataupun USG.
Pemeriksaan
Khusus
Pemeriksaan
ovulasi
dapat diketahui dengan berbagai pemeriksaan
diantaranya : a) Penatalaksanaan suhu basal; Kenaikan suhu basal
setelah selesai ovulasi dipengaruhi oleh hormon
progesteron.
b) Pemeriksaan
vaginal smear; Pengaruh progesteron menimbulkan sitologi pada sel-sel
superfisial. c) Pemeriksaan lendir
serviks; Hormon progesteron
menyebabkan perubahan lendir
serviks menjadi kental. d) Pemeriksaan
endometrium.
e) Pemeriksaan
endometrium;
Hormon
estrogen,
ICSH dan pregnandiol.
Gangguan
ovulasi disebabkan : a) Faktor susunan saraf pusat ; misal tumor,
disfungsi, hypothalamus, psikogen. b) Faktor
intermediate ; misal gizi, penyakit
kronis, penyakit
metabolis. c) Faktor ovarial ; misal tumor,
disfungsi, turner syndrome.
Terapi : Sesuai dengan etiologi,
bila terdapat disfungsi kelenjar hipofise ddengan memberikan pil oral yang
mengandung estrogen dan progesteron,
substitusi terapi (pemberian FSH dan LH) serta pemberian clomiphen untuk
merangsang hipofise membuat FSH dan LH. Selain clomiphen dapat diberikan
bromokriptin yang diberikan pada wanita anovulatoir
dengan hiperprolaktinemia. Atau dengan pemberian Human Menopausal Gonadotropin/
Human Chorionic Gonadotropin untuk wanita
yang tidak mampu menghasilkan hormon gonadotropin endogen yang adekuat.
Pemeriksaan
Sperma
Pemeriksaan sperma dinilai atas jumlah spermatozoa, bentuk dan pergerakannya. Sperma yang ditampung/ diperiksa adalah sperma yang keluar dari pasangan suami istri yang tidak melakukan coitus selama 3 hari. Pemeriksaan sperma dilakukan 1 jam setelah sperma keluar.
Pemeriksaan sperma dinilai atas jumlah spermatozoa, bentuk dan pergerakannya. Sperma yang ditampung/ diperiksa adalah sperma yang keluar dari pasangan suami istri yang tidak melakukan coitus selama 3 hari. Pemeriksaan sperma dilakukan 1 jam setelah sperma keluar.
- Ejakulat normal : volume 2-5 cc, jumlah spermatozoa 100-120 juta per cc, pergerakan 60 % masih bergerak selama 4 jam setelah dikeluarkan, bentuk abnormal 25 %.
- Spermatozoa pria fertil : 60 juta per cc atau lebih, subfertil : 20-60 juta per cc, steril : 20 juta per cc atau kurang.
Sebab-sebab kemandulan
pada pria
adalah masalah gizi, kelainan
metabolis, keracunan, disfungsi hipofise, kelainan
traktus genetalis (vas deferens).
Pemeriksaan
Lendir
Serviks
Keadaan dan sifat lendir yang mempengaruhi keadaan spermatozoa adalah : a) Kentalnya lendir serviks; Lendir serviks yang mudah dilalui spermatozoa adalah lendir yang cair. b) pH lendir serviks; pH lendir serviks ± 9 dan bersifat alkalis. c) Enzim proteolitik. d) Kuman-kuman dalam lendir serviks dapat membunuh spermatozoa.
Keadaan dan sifat lendir yang mempengaruhi keadaan spermatozoa adalah : a) Kentalnya lendir serviks; Lendir serviks yang mudah dilalui spermatozoa adalah lendir yang cair. b) pH lendir serviks; pH lendir serviks ± 9 dan bersifat alkalis. c) Enzim proteolitik. d) Kuman-kuman dalam lendir serviks dapat membunuh spermatozoa.
Baik tidaknya lendir
serviks dapat diperiksa dengan :
- Sims Huhner Test (post coital tes), dilakukan sekitar ovulasi. Pemeriksaan ini menandakan bahwa : teknik coitus baik, lendir cerviks normal, estrogen ovarial cukup ataupun sperma cukup baik.
- Kurzrork Miller Test, dilakukan bila hasil dari pemeriksaan Sims Huhner Test kurang baik dan dilakukan pada pertengahan siklus.
Terapi yang diberikan
adalah pemberian hormone estrogen ataupun antibiotika
bila terdapat infeksi.
Untuk mengetahui keadaan tuba
dapat dilakukan : a) Pertubasi (insuflasi = rubin test); pemeriksaan
ini dilakukan dengan memasukkan CO2 ke dalam cavum uteri.
b) Hysterosalpingografi; pemeriksaan ini dapat mengetahui bentuk cavum uteri,
bentuk liang tuba bila terdapat sumbatan. c) Koldoskopi; cara ini dapat
digunakan untuk melihat keadaan tuba dan ovarium.
e) Laparoskopi; cara ini dapat melihat keadaan genetalia
interna dan sekitarnya.
Pemeriksaan
Endometrium
Pada saat haid hari pertama atau saat terjadi stadium sekresi dilakukan mikrokuretase.
Jika pada stadium sekresi tidak ditemukan, maka : endometrium tidak bereaksi terhadap progesteron, produksi progesterone kurang.
Pada saat haid hari pertama atau saat terjadi stadium sekresi dilakukan mikrokuretase.
Jika pada stadium sekresi tidak ditemukan, maka : endometrium tidak bereaksi terhadap progesteron, produksi progesterone kurang.
Terapi yang diberikan
adalah pemberian hormon progesteron
dan antibiotika
bila terjadi infeksi.
1 komentar:
kita juga punya nih artikel mengenai 'Infertilitas', silahkan dikunjungi dan dibaca , berikut linknya
http://repository.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/3503/1/JURNAL_10503173_1.pdf
trimakasih
semoga bermanfaat
Posting Komentar